HIPONIMI

Makalah Pengantar Linguisitik Sintaksis dan Semantik
Tugas Akhir  Mata Kuliah Semantik

                             Nama : Rere Agita Putri
                        NIM  : 2925153345
              “HIPONIMI”
Pendidikan Bahasa Mandarin 2015
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2016 – 2017


BAB I
                                                            PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Semantik merupakan suatu ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna. Berdasarkan jenis sematiknya, makna dibagi menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata, makna dibagi menjadi makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata, makna dibagi menjadi makna denotatif dan konotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dibagi menjadi makna kata dan istilah. Lalu, berdasarkan sudut pandang lain terdapat makna konseptual, asosiatif, idiomatik, pribahasa, kias, lokusi, ilokusi dan perlokusi.
Dalam setiap bahasa, sering kita jumpai hubungan pemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Palmer(1976:59) membagi hubungan pemaknaan itu menjadi kesinoniman (sinonimy), polisemi (polisemy), kehomoniman (homonimy), pertelingkahan (incompatibility), kehiponiman (hiponimy), keantoniman (antonimy), pertentangan relasional (relational opposites),  dan komponen (component).
Sehubungan dengan tata hubungan makna, terdapat hubungan leksikal yang sejajar dengan kesamaan yaitu kesinoniman, lalu ada kata yang maknanya masih berhubungan adalah kehiponiman, ada kata yang bertentangan maknanya yaitu keantoniman, sementara ada kata yang bentuknya berbeda-beda tetapi maknanya sama homonimi, dan ada juga kata yang maknanya lebih dari satu yaitu polisemi.
Salah satu hubungan makna yang akan saya bahas yaitu adalah kehiponimian (hiponimy). Merupakan hubungan yang dikaitkan dengan hubungan peliputan atau inklusi (Lehrer 1974:23; Lyons 1977:292; Cruse 1986:88). Hubungan itu menunjukan pelibatan searah atau bisa dibilang maknanya saling berhubungan tapi dalam sudut pandang searah. Alasan saya memilih tema ini yaitu untuk menggali dan mengenal lebih dalam lagi apa yang dimaksud dengan hiponimi.


                                                            BAB II
                                                 RUMUSAN MASALAH
                                               
1.      Pertanyaan
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang, berikut merupakan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini.
a.       Bagaimana konsep hiponimi ?
b.      Apakah hubungan antara hiponimi dan hipernimi
c.       Apakah yang dimaksud dengan hubungan pelibatan searah dalam hiponimi ?
d.      Adakah hubungan antara hiponimi dan hipermonim ?
e.        Hubungan dominansi dalam hiponimi

2.      Tujuan
a.       Mengetahui pengertian dari hiponimi
b.      Mengetahui hubungan antara hiponimi dan hipernimi
c.       Mengetahui hubungan pelibatan searah dalam hiponimi
d.      Mengetahui hubungan antara hiponimi dan hipernonim
e.       Mengetahui hubungan dominansi yang ada dalam hiponimi

3.      Manfaat
Dengan makalah ini diharapkan agar lebih mengerti dan menggali lebih dalam lagi tentang pengertian hiponimi, sistematis dalam hiponimi, tata hubungan yang ada dalam  hiponimi.






                                                            BAB III
                                                PEMBAHASAN
1.      Pengertian Hiponimi
Secara harfiah, hiponimi adalah istilah nama dibawah nama lain. Verhaar (1983:131) mengatakan “ hiponimi ialah ungkapan (kata biasanya atau kiranya dapat juga frasa ataupun kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Ketika kita menghubungkan makna satu dengan yang lain, kita mungkin dapat menemukan sejumlah kata yang memiliki ciri acuan referen sehingga keseluruhannya dapat diberi lebel umum yang berlaku bagi setiap anggota yang memiliki kemiripan acuan tersebut.
Hiponimi mengandung hubungan logis dengan hierarki (Palmer,1976:78), jadi jika kita sudah mengatakan hiponimnya kita akan tahu nama kelompok dari hiponimnya tersebut.
2.      Hubungan antara hiponimi dan hipernimi
Kita dapat mengetahui bahwa sapi, kambing dan kuda semuanya disebut sebagai hewan. Kata hewan ini juga bisa disebut kata umum, kaa ini berada pada tingkat atas dalam sistem hierarkinya disebut superordinat dan anggota-anggotanya disebut subordinat yang berada ditingkat bawah disebut hiponim. Hiponimi bersifat satu arah , kata sapi merupakan hiponim hewan, tetapi kata hewan bukan hiponim dari sapi.

                        Hewan                         Sapi

                                         Bukan


                           Sapi                          Hewan
Kata hewan merupakan superordinat dari kata sapi, kambing, kuda atau  kata hewan merupakan hipernimi dari kuda dll.
Hiponim mengandung pula hubungan transitif (Lyons I, 1977:292). Artinya kalau A hiponim dari B, dan B adalah  hiponim dari Z, maka A seharusnya hiponim dari Z. Contoh : sapi merupakan hiponim dari hewan menyusui, dan hewan menyusui hiponim dari hewan, maka sapi merupakan hiponim dari hewan.
Hierarki ini juga dapat dibalik, contoh : sapi betina-sapi-hewan menyusui-hewan-mahluk hidup. Dengan kata lain, sapi betina merupakan hiponim dari sapi, sapi hiponim dari hewan menyusui, hewan menyusi hiponim dari hewan, dan hewan merupakan hiponim dari mahluk hidup.
3.      Hubungan pelibatan searah dalam  hiponimi
Hubungan hiponimi adalah hubungan yang dikaitkan dengan hubungan peliputan atau inklusi (Lehrer 1974:23; Lyons 1977:292; Cruse 1986:88). Hiponim dalam suatu kalimat dapat disubsitusi dengan hiperonimnya karena makna hiperonim secara tersirat terkandung didalam hiponimnya. Pelibatan searah tidak dapat ditetapkan ke arah hiponim. Suatu hipermonim dalam suatu kalimat tidak dengan serta merta dapat diganti dengan hiponimnya.
Contoh :
a.       Rudi pergi naik kendaraan ke solo
Tidak menyiratkan
b.      Rudi pergi naik pesawat terbang ke solo
ada kemungkinan ia pergi ke solo dengan naik bus, kereta dll.
Tidak semua hiponim dapat digantikan dengan hiperonimnya (Cruse 1986:88-92). Dalam kalimat negatif, pelibatan searah dari hiponim ke hiperonim tidak perlu karena secara semantis makna negatif-dan negatif bertentangan.
Contoh :
A.    Rudi pergi naik bukan kendaraan ke solo (-)
Tidak sama dengan
B.     Rudi pergi naik bukan pesawat terbang ke solo (-)
Karena bukan kendaraan bukanlah hiponim dari bukan peswat terbang.
Cruse (1986:89) juga menyatakan bahwa jika hiponim dan hiperonim berada dalam konteks yang mengandaikan adanya pembilang umum atau pembilang umum negatif, arah pelibatan bujan hanya dari hiponim ke hiperonim, tetapi ada juga dari hiperonim ke hiponim.
Contoh :
a.       Tidak semua pohon mangga berbuah (-)
Menyiratkan
b.      Tidak semua tumbuhan berbuah (-)
a.       Semua pohon mangga berbuah
Tidak menyiratkan
b.      Semua tumbuhan berbuah
Karena ada tumbuhan yang tidak berbuah.
Arah pelibatan itu adalah dari hiponim ke hiperonim jika konteks kalimat mengandung pembilang umum negatif (negative universal quantifier). Seperti tidak semua, arah pelibatan adalah arah hiperonim ke hiponim untuk konteks kalimat yang mengandung pembilang umum tidak negatif.
4.      Hubungan antara hiponim dan hiperonim
Hiperonim merupakan cakupan yang lebih umum, yang meliputi berbagai leksem yang lebih banyak jika dibandingkan dengan hiponimnya. Di antara sesama anggota hiponim terdapat komponen bersama yang dikandung hiperonim. Cruse (1986:140) membedakan leksem yang dapat diuraikan kembali dalam bentuk lain sebagai hiperonim dan pewatas. Hubungan antara hiponim dan hiperonim yang dapat diuraikan sebagai hiperonim dan pewatas disebut hubungan noinal dan yang lain disebut hubungan alami.
5.      Hubungan dominansi hiponimi
Dalam hiponimi ada beberapa hubungan dominansi, antara lain sebagai berikut :
1.      Hubungan dominansi Transistif
 A

B                     C

D               E
Jika D adalah hiponim dari B , dan B adalah hiponim dari A, maka D adalah hiponim dari A.
2.      Hubungan dominansi asimetri (satu arah)
F
                        G               H
            Jika G merupakan hiponim dari F dan F merupakan hiponim dari G makan hubungan di antara mereka berisfat asimetri.
3.      Hubungan Dominasi Simetri.
Hubungan kehiponomian adalah hubungan asimetris yang menyiratkan adanya struktur hierarki kosakata. Susunannya pun dapat bercabang dan dapat pula tidak.
Contoh :
                                          Pohon
                 
                              Bunga     buah     akar
Lyons (1977:299) dan Cruse (1986:97) menguraikan juga adanya hierarki, yaitu
1.      Kuasi-hiponimi
Leksem khusus mebawahi semua anggota hiponim walaupun leksem tersebut tidak dapat menggantikan leksem yang dibawahi.
Contoh : Dia memakai baju biru
                        Bukan berarti
              Dia memakai baju warna
2.      Superhiponimi
Satu leksem yang merupakan perwujudan dari dua kelas hierarki yang berbeda, misalnya `kepala` pada kalimat :
a.       Dia terlindas hingga kepalanya hancur.
Akan berbeda hierarkinya dengan
b.      Di dalam kelas terdapat 40 kepala.

6.      Ringkasan
Hiponimi ialah ungkapan (kata biasanya atau kiranya dapat juga frasa ataupun kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Hiponomi merupakan subordinat dan hipernimi merupakan superordinat. Hiponim dalam suatu kalimat dapat disubsitusi dengan hiperonimnya karena makna hiperonim secara tersirat terkandung didalam hiponimnya. Pelibatan searah tidak dapat ditetapkan ke arah hiponim. Suatu hipermonim dalam suatu kalimat tidak dengan serta merta dapat diganti sengan hiponimnya. Hubungan antara hiponim dan hiperonim yang dapat diuraikan sebagai hiperonim dan pewatas disebut hubungan noinal dan yang lain disebut hubungan alami.
Dalam hiponimi ada beberapa hubungan dominansi, antara lain sebagai berikut :
4.      Hubungan dominansi Transistif
5.      Hubungan dominansi asimetri (satu arah)
6.      Hubungan Dominasi Simetri.
 Lyons (1977:299) dan Cruse (1986:97) menguraikan juga adanya hierarki, yaitu
3.      Kuasi-hiponimi
4.      Superhiponimi

DAFTAR PUSTAKA
·         Diktat Pengantar Lingustik Sintaksis Dan Semantik Oleh Ayu Trihardini M.A dan Susi Andriani S.S.,M.TCSOL.
·         Puryadi, Dedi Dkk. 1997 Pemeringkatan Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia.
·         Mansoer, Pateda. 2010 Semantik Leksikal edisi kedua.


Comments

Popular posts from this blog

ZHUYIN FUHAO/BOPOMOFO (注音符號/ㄅㄆㄇㄈ)

cerita hari ini : ketahanan nasional (geostrategi)